PASANG IKLAN DISINI 728 x 90

Kisah Asal Usul Desa Rujak Gadung

  

Makam Mbah Ghozali di Petahunan. Kota Pasuruan | Foto by Abdul Rozak. 


Konon, ada seorang raja dari Kerajaan Madura memiliki  seorang putri yang dinikahi oleh Mbah ( Kakek ) Ghozali, tokoh ulama yang pusara ( makam ) nya berada di Kelurahan Petahunan. Kota Pasuruan. 


Awal kisah. Mbah Ghozali sebutan Sayid Ghozali Basyaiban menikah dengan anak seorang penguasa di Pulau Garam, Madura. Saat itu raja dan putrinya masih beragama non Islam lalu di Islamkan oleh Mbah Ghozali namun sang raja bersikukuh pada keyakinanya tidak mau masuk Agama Islam. 


Dakwah Mbah Ghozali yang sering mendapatkan pertentangan di Pulau Madura tak lain dari mertuanya sendiri, seringkali sang raja tidak setuju dengan dakwah Mbah Ghozali. Ketika Mbah Ghozali mengadakan dakwah, kerap dihalang - halangi oleh sang raja dengan mengadakan kegiatan yang mengandung maksiat, hal tersebut dilakukan agar menarik minat rakyatnya, tidak ikut pengaruh Mbah Ghozali. 


Merasa tidak tahan dengan persaingan sang mertua. Mbah Ghozali memutuskan untuk merantau ke Pulau Jawa dengan menyebrangi lautan. Ia membawa kedua anaknya yang diyakni dalam satu versi, dikenal sebagai Sayid Raden Abdul Basyith Basyaiban dan Sayid Hasan Hawwala beserta isterinya yang bernama Ratu Asijah atau sebagian orang meyakini sebagai Mbah Ratu Khodijah. 


Meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari mertua. Mbah Ghozali tetap mengedepankan akhlak mulia kepada mertuanya. Ia pamit terlebih dahulu kepada mertua sebelum meninggalkan Pulau Madura. 


Sang Raja yang mendengar Mbah Ghozali akan membawa anaknya. Sontak membuatnya berat hati untuk melepas anakanya dan berkata kepada Mbah Ghozali. 


" Jika, kamu ingin pergi dari sini. Aku tidak akan mengizinkanmu membawa anakku menginjak tanah jawa. "


Mbah Ghozali yang tidak kehilangan akal, lalu membawa segennggam tanah madura disakunya lantas bergegas menaiki perahu menyebrang ke Tanah Jawa beserta anak dan isteri tercintanya itu. Tujuan awal Mbah Ghozali mendarat di Surabaya. Namun niat itu ia gagalkan setelah mengetahui anak buah Sang Raja bersiap - siap menghadang rombongannya diseberang pulau. Akhirnya Mbah Ghozali memutuskan megeser haluan menuju Pasuruan. 


Makam Ratu Asijah / Khotijah, isteri Mbah Ghozali di Penumbukan, Bangil. Kab. Pasuruan


Sesampainya di Tanah Pasuruan. Konon, waktu itu mendarat Di Bangil. Mbah Ghozali bergegas melemparkan segenggam tanah yang dibawanya dari Madura, segera ia taburkan di daratan Pasuruan agar isterinya bisa menginjakkan kaki di Tanah Jawa ( Pasuruan ) kala itu. 


Semenjak pertama kali menginjakkan tanah di Pasuruan. Mbah Ghozali meminta isterinya tinggal di Bangil sampai akhir hayatnya. Pusaranya pun berada di Penumbukan dekat dengan Pondok Pesantren Dalwa. 


Mbah Ghozali yang terus berjalan menuju timur Pasuruan hingga menemukan desa Rujak Gadung, saat itu masih berupa hutan belantara yang dihuni banyak makhluk halus. Segera, Mbah Ghozali dengan bantuan Jin Islam beserta kedua anaknya berniat membuka lahan didesa Rujak Gadung hingga akhirnya menjadi sebuah perkampungan yang diberi nama " Desa Rujak Gadung " hingga sekarang, yang merupakan sebuah desa dibawa administrasi Kota Pasuruan. 


Asal muasal nama Rujak Gadung sendiri diyakini oleh masyarakat sekitar, berawal saat Mbah Ghozali pertama kali membuka belantara yang akan dijadikan sebuah pemukiman. Mbah Ghozali mengadakan syukuran dengan cara mengajak makan bersama, pihak yang telah membantunya termasuk Jin yang dikisahkan. 


Mereka makan " Gadung " bersama - sama. Dalam bahasa Indonesia, Gadung dikenal sebagai Tales . Sejenis Umbi jalar yang terkenal dapat membuat orang mabuk bagi yang memakannya tanpa proses pengolahan yang benar. 


Konon, menurut cerita. Mbah Ghozali membakar terlebih dahulu, Gadung tersebut sehingga menghilangkan zat racun yang dikandung didalamnya sebelum dikonsumsi, kemudian sejak saat itulah desa tersebut diberi nama " Rujak Gadung. " 


Mbah Ghozali merawat tempat tinggal barunya itu, lambat laun semakin banyak orang yang bermukim dan mengaji kepada Mbah Ghozali. Dibantu kedua puteranya, Mbah Ghozali dengan telaten mendakwakan ajaran Islam kepada masyarakat dilingkungan Desa Rujak Gadung. 


Cerita Abdul Rozak, warga sekitar, pemberhati sejarah makam Sepuh Desa Rujak Gadung sekaligus seorang ustad didesa tersebut. Ia menceritakan. Setelah isteri Mbah Ghozali, Ratu Asijah atau Khodijah meninggal. Mbah Ghozali memutuskan untuk pindah ke Desa Petahunan. Sekarang bagian dari Kelurahan Petahunan. Kota Pasuruan. 


Ia menebarkan Dakwa Islam ditempat tersebut hingga pada akhirnya meninggal Di Petahunan dan dimakamkan disana, sedangkan kedua Puteranya tetap tinggal didesa yang sejak awal dibuka hingga meninggal dan dimakamkan didesa Rujak Gadung bersebelahan dengan dengan Sayid Tamhid, yang merupakan anak dari Syekh Hasan Hawalah. 


Masyarakat sekitar senantiasa mengingat mereka sebagai sesepuh atau leluhur desa, dengan mengadakan Haul setiap bulan Safar baik didesa Rujak Gadung maupun di Makam Mbah Ghozali petahunan.


Selain itu, sebagai bentuk penghormatan. Masyarakat desa secara turun - temurun, setiap tahun mengadakan takziah masal ke Pusara Mbah Ghozali dan Isterinya di Penumbukan. 


Abdul Rozak menceritakan, jika Mbah Ghozali masih keturunan Rasulallah. Dari gambar yang ia tunjukan, garis keturunan itu juga menyambung kepada Sayyid Sulaiman Mojoagung. 



Sebenarnya, ada empat tokoh sesepuh di Desa Rujak Gadung yang sangat dihormati dan dikenang oleh masyatakat setempat, selain Mbah Ghozali dan kedua anaknya. Ia adalah Sayyid Tahmid yang diyakini sebagai putera dari Sayyid Hasan Hawwala yang dimakamkan satu komplek bersama Sayyid Hasan Hawwala dan saudaranya Sayyid Raden. 


Hingga saat ini, garis keturunan Mbah Ghozali yang menyambung ke Mbah Slagah akibat dari pernikahan. Singkat cerita, Sayyid Raden Abdul Basyid memiliki putera bernama Sayyid Abid. Ia memiliki puteri bernama Nyai Mursinah yang menikah dengan keturunan Mbah Slagah yang bernama Sayyid Kosim bin Khodam bin Slagah.  


Keterikatan hubungan pernikahan kerabat antara keturunan Mbah Ghozali dan  Mbah Slagah. Seperti pernikahan Nyai Mursinah dengan Sayid Kosim. Ini kemudian dicontoh oleh masyarakat Rujak Gadung menjadi sebuah tradisi tabarukan ( mencari berkah ). 


" Dulu, masyarakat sini tidak ada yang menikah. Tidak mau keluar dari Desa Rujak Gadung. Famili, nikah dengan misanan (sepupu), mindoan ( sepupu dari sepupu ). Tapi klo sekarang mungkin tidak seperti dulu. " Ujar Rozak. 




Penulis : Novan Arianto ( Avan ) 

Narasumber : Ustad Abdul Rozak. 


Kisah Asal Usul Desa Rujak Gadung Kisah Asal Usul Desa Rujak Gadung Reviewed by avan on Oktober 11, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.